Point Blank 2025

Review Point Blank 2025 – Nostalgia Warnet di Tengah P2W dan Cheater

Aim dan recoil masih se-PB dulu, tapi sekarang harus berhadapan dengan cash item, bow absurd, dan cheater di tiap server.

28 Tampilan
14 Min Baca
Point Blank 2025
6.4 Gameplay solid, ekosistem P2W berat.
Review Overview

Aku kembali lagi ke Point Blank Indonesia di tahun 2025—game yang bagi banyak orang Indonesia begitu lekat dengan era warnet. Bukan sekadar bernostalgia; aku benar-benar main lagi dalam kondisi saat ini, di server resmi Indonesia, bukan server privat, bukan lewat emulator aneh.

Pertanyaannya sederhana: apakah sensasinya masih sama seperti dulu? Dan yang tak kalah penting, apakah PB 2025 masih pay-to-win, masih seramai dulu, dan masih seasyik yang kita ingat—atau justru semakin berat ke arah cash item dan dipenuhi masalah cheater?

Setelah beberapa sesi permainan, inilah pengalaman lengkapnya dari sudut pandang seorang pemain lama yang akhirnya “pulang kampung.”

Review Point Blank (2025) Versi Narasi

Review ini juga tersedia dalam bentuk video narasi yang saya bacakan. Di video tersebut, kamu bisa menonton versi singkat dari ulasan ini. Silakan klik di sini untuk menuju channel gaming saya, atau langsung tonton melalui pemutar di bawah.

Review Point Blank 2025: Masih Seru atau P2W?

Gameplay Point Blank (2025)

Playlist: Point Blank

Masuk Room Lagi: Rasanya Masih PB

Begitu masuk TDM, memori lama langsung menyala. Recoil kecil dan lurus, tembakan rapih, dan headshot yang “klik” di otak—itu semua masih ada. Mekanik mikro yang dulu kita banggakan tetap relevan: strafe-jiggle tajam, peek advantage masih terasa (walau situasional), dan quick change/quick shot masih ampuh parah. Kalau kamu pernah “hidup” dari timing ADS/hip-fire sambil geser kanan-kiri ala PB, tanganmu akan otomatis mengulang tarian yang sama.

Tapi ada kenyataan yang perlu dicerna sejak awal: variasi misi memang tetap PB—langsung, padat, cepat. Ini menyenangkan kalau match imbang, tapi bisa jadi repetitif kalau satu tim jelas unggul loadout atau mekanik. PB bukan game yang menutupi kekurangan dengan set-piece sinematik; ia murni adu mekanik, posisi, dan—sekarang—adu build item.

Meta 2025: SMG Merajalela, AR Situasional, SG “Aneh”, Sniper Tetap Tegas — dan Senjata Sosial yang Kontroversial

Di room publik, 90% pemain memakai SMG. Dulu nama besarnya KRISS, sekarang T77 yang jadi wajah meta. Alasannya sederhana: recoil lurus, kontrol mudah, dan peluang headshot tinggi. Kalau kamu rindu rasanya “laser” di jarak menengah, SMG meta hari ini menjawab itu.

Assault Rifle bukan mati, hanya situasional. Pilihan paling masuk akal sekarang adalah Pindad SS3—damage dasar 51, lalu ditumpuk title dan item hollow bisa jadi build “overkill”. Ia bukan pick universal seperti SMG, tetapi ketika build-nya nyala, lawan akan sangat merasakannya.

Sniper tetap business as usual: selama damage base >140, kamu sudah berada di jalur yang benar. Yang berubah adalah konteks room; dengan melonjaknya SMG, sniper yang sabar dan tahu jalur bisa jadi tukang rem tempo.

Yang paling bikin kening berkerut: shotgun cash “Zombie Slayer”. Damage 200+, mode otomatis. Di game yang bahkan tidak punya mode zombie, SG ini terasa tidak pada tempatnya dan overpowered. Ia mengacak-acak ritme duel jarak dekat yang semestinya tentang posisi dan timing, bukan sekadar “semprot otomatis”. Kalau aku boleh jujur: ini tipe barang yang seharusnya disunat atau dihapus demi kesehatan room.

Tambahan lain adalah hadirnya senjata tameng. Rasanya mirip tameng di CS 1.6: bisa menahan tembakan langsung di depan, bahkan ada versi cash yang menutup lebih banyak sudut. Secara teknis cukup kuat dan masih bisa di-counter lewat flank atau granat. Tapi masalah sebenarnya justru sosial: banyak host room melarang tameng karena dianggap “no skill”. Bagiku ini ironis—kalau kamu memang jago, seharusnya bisa menghadapi lawan dengan atau tanpa tameng. Jadi membeli tameng sering percuma, bukan karena lemah, tapi karena sering dilarang di lobi-lobi.

Dan jangan lupakan hal aneh lain: senjata secondary. Dari dulu sampai sekarang, banyak pemain justru tidak memperbolehkan pistol di room. Padahal pistol penting saat peluru senjata utama habis di momen genting. Lebih parah lagi, kini muncul secondary bow/panah. Senjata ini absurd: one-hit, jangkauan jauh, bahkan bisa lebih OP daripada shotgun Zombie Slayer di jarak dekat. Secara logika, bow ini seharusnya ditempatkan di slot senjata utama, bukan secondary. Keberadaannya malah merusak ekosistem loadout, dan aku sendiri heran kenapa developer membiarkan desain seperti ini lolos.

Map Ikonik Point Blank: Familiar Tapi Lebih Berwarna

Burning Hall, Luxville, dan Crackdown masih jadi panggung utama. Bedanya, Crackdown sekarang punya varian tema, tidak lagi satu rasa “padang pasir” terus. Alur map tetap kuat: jalur flank jelas, ritme trade di mid bisa dibaca, dan retake masih mungkin kalau tim tahu kapan dorong dan kapan sabar. Point Blank memang tidak pernah menang di kompleksitas level design, tapi kesederhanaan yang efektif—itulah kekuatannya.

Progression: Grind yang Tidak Pernah Pergi

Soal rank/EXP/point, jawabannya tidak berubah dari era 2010-an: grindy. Kamu bisa naik, tapi butuh waktu. Ada misi harian/mingguan dan sistem battle pass yang baru—ini membantu, namun feel dasarnya tetap: PB itu maraton.

P2W: Sekarang Lebih Blak-blakan

Pertanyaan klasik, “PB P2W atau tidak?”—di Point Blank 2025, iya.
Cash item memberi stat advantage nyata: damage, armor/HP, move speed, recoil, dan setumpuk bonus lain tergantung kombinasi gear/karakter. Karakter/gear (topeng, rompi, dll.) bukan kosmetik: ia memengaruhi performa. Di saat yang sama, senjata point sekarang jauh berkurang, hanya tersisa beberapa; implikasinya jelas: senjata cash cenderung “wajib” bila kamu ingin kompetitif di publik.

Sistem akuisisi juga campur aduk: senjata point beli per 100 unit (1 kali main = 1 kali pakai); cash cenderung rental (durasi), ada juga versi item gacha acak. Kabar baiknya, harga top-up sedikit lebih murah: Rp10.000 ≈ 1.200 cash (dulu: Rp10.000 ≈ 1.000 cash). Kabar realistisnya, kalau mengejar “full cash” (istilah build lengkap), modal Rp100.000 itu baru pemanasan—item durasi sering 1 hari atau 3 hari, kamu akan bolak-balik isi bila ingin konsisten.

Ada sisi terang: battle pass dan event sekarang rajin bagi-bagi senjata cash gratis (durasi pendek). Kamu bisa “mengecap” meta tanpa bayar kalau rajin, tapi ini tidak berkelanjutan tanpa komitmen harian. Buat pemain hemat, ini jalan hidup siksaan baru; buat pemain waktu terbatas, ini capek di manajemen durasi.

Server Point Blank: Terlihat Ramai, Tapi Banyak GB

Sekilas, server Point Blank Zeppeto Indonesia tampak ramai. Daftar lobi penuh, deretan channel seolah padat. Tapi kalau diperhatikan lebih dekat, banyak yang ternyata hanyalah GB EXP atau misi farming. Realitanya, hanya beberapa server publik—biasanya channel 1 sampai 5—yang benar-benar aktif diisi pemain. Sisanya lebih banyak sekadar “pajangan”.

“GB” = Game Boosting

Hal lain yang membedakan PB 2025 dari era warnet dulu adalah sistem pembagian server berdasarkan pangkat. Jadi kamu tidak bisa lagi sembarangan masuk ke semua channel:

  • Trainer – Sergeant / Tengkorak – Strip 4 → khusus server trainer & beginner.
  • Staff Sergeant / V1 keatas → hanya bisa masuk server beginner.
  • Letnan / Daimon keatas → diarahkan ke server publik reguler.
  • Mayor sampai Brigadir / Bintang sampai maksimal → bisa main di publik reguler dan expert server.
  • Ada juga server premium (akses dengan registrasi email) dan server VIP (diduga berbayar – karna gak tau).

Sekilas sistem ini membuat progres lebih terstruktur, tapi tetap terasa aneh karena developer masih mempertahankan model lama berupa daftar Public 1 sampai 50. Padahal lebih masuk akal kalau server dibagi jelas saja: trainer, beginner, public, expert, premium, dan VIP. Dengan format lama, pemain justru sering kesulitan mencari lobi aktif. Apalagi server yang benar-benar ramai biasanya hanya Public 1–5, dan itu pun sering penuh terus sehingga susah diakses.

Hasilnya, meskipun daftar server terlihat ramai, realitanya akses bermain malah jadi ribet, terutama bagi pemain baru atau pemain yang main di rental/warnet yang ingin langsung lompat ke lobi yang benar-benar aktif.

Cheater: Sering Ketemu, Jualan Terang-terangan

Ini pahitnya. Cheater sering muncul—bentuk paling aman adalah WH (wallhack); ada juga fire-speed, akurasi “gaib”, sampai auto-hit. Banyak pelaku berusaha terlihat natural: tidak “flick sakti”, tidak “snap 180”, tapi statistiknya aneh bagus. Yang bikin geleng-geleng: chat lobby sering jadi etalase jualan cheat.

Anti-cheat terasa inkonsisten. Aku tidak pakai cheat dan pakai antivirus (Norton 360, juga coba hanya Windows Defender), tapi tetap bisa terpental seolah sistem curiga. Lucunya, kalau kamu mematikan proteksi di PC, malah sering ditendang juga. Jadi ia ketat ke yang salah dan longgar ke yang perlu—persis masalah lama yang belum sembuh.

Dulu PB sempat rilis vote-kick. Tapi ada masalanya: fitur itu sering disalahgunakan buat menendang pemain jago. Sekarang sepertinya fitur dihapus, dan itu bagus. Sisi baiknya: tidak ada abuse. Sisi buruknya: kita tidak bisa mengusir cheater secara sosial. Serba salah.

Audio, Visual, dan UX

Footstep dan positional audio masih cukup membantujarak dekat/jauh bisa kamu baca, walau atas/bawah belum terlalu tegas. Grafik di 2025 masih nyaman untuk mata, hanya cenderung buram di layar 2K/4K. Kalau kamu butuh ketajaman scaling, DX11 (beta) bisa dicoba, tapi performanya kurang nyaman dibanding DX9. Ada stutter kecil, dan kadang musik lobby ikut bocor ke in-game—bug aneh yang kadang bikin ganggu fokus.

Dari sisi UI/UX, PB tetap jadul fungsional: pengaturan sensi, crosshair, bind, filter room—semua ada tapi tidak modern. Kabar baiknya, fps di DX9 rata kanan stabil di PC-ku; jadi walau tampil “vintage”, secara feel masih bisa licin.

Clan & Komunitas Point Blank

Aku tidak main clan. Alasannya sederhana: TDM publik sudah memberikan sensasi yang kucari. Namun dari pengamatan, scrim/clan match memang masih ada, hanya lebih komunitas-driven—kamu harus kenal lingkarannya. Dengan banyaknya GB dan cheater, komunitas yang sehat cenderung menutup diri dan membuat ekosistem kecil yang lebih bersih.

Biaya & Nilai Praktis

Aku sempat mencoba akun lama (akun baru buat lagi sekitar 2020-an)—rasanya keteteran. Untuk “menyamakan lapangan”, aku membeli akun baru (sekitar Rp30 ribu tergantung pangkat sama isi item) yang sudah berisi banyak cash item. Nilainya berasa setara >Rp100 ribu top-up. Minusnya, kamu tidak bisa memilih isi; plusnya, langsung kompetitif tanpa pusing durasi ama duit.

Kalau kamu ingin modal “bersih” dari nol, menurutku Rp100 ribu adalah angka cukup realistis untuk Point Blank 2025—dicampur event, login harian, dan battle pass. Tapi jujur, ini tetap P2W. Kamu hanya sedang mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan untuk game ini, bukan menghapus pay-to-win.

Apakah Masih Layak Point Blank?

Kalau pertanyaannya “masih ramai?” jawabanku: cukup untuk main, tidak cukup untuk merasa ekosistem sehat. Ingat, sebagian bar server adalah GB, bukan pemain aktif. “Masih P2W?Iya, lebih terang-terangan. “Senjata banyak/cash makin banyak?Iya, dan beberapa pilihannya menyimpang (halo, Zombie Slayer SG). “Masih rasa PB dulu?Iya, dalam arti mekanik mikro yang kamu hafal tetap jadi raja.

Rekomendasi Jujur

Kalau kamu datang untuk nostalgia, TDM santai, dan ingin merasakan lagi rasa headshot PBPoint Blank 2025 masih layak dicoba. Atur ekspektasi: masuk Public 1–5, siap ketemu SMG meta baru, jangan kaget kalau cheater nyamar di tiap room, dan manfaatkan event/battle pass supaya kamu tidak “kering” cash item.

Kalau kamu cari kompetisi adil, ranked rapi, dan anti-cheat yang membuatmu tenang—aku tidak merekomendasikan. PB hari ini bukan ekosistem yang kamu harapkan. Ia lebih seperti museum interaktif: memesona karena nostalgia, menyenangkan untuk beberapa hari, lalu kita sadar “ini game P2W sebenarnya”.

Jadi Inti Tentang Point Blank Gimana?

Di tahun 2025 ini, Point Blank Indonesia (sekarang di kelola Zepetto) adalah paradoks menyenangkan: gameplay inti yang masih kuat dan langsung mengundang memori, tapi ekonomi P2W dan cheater yang menggerogoti rasa adil. Point Blank 2025 bukan lebih baik atau lebih buruk dari dulu; ia berbeda—lebih “ramai hadiah” namun lebih ribut.

Kalau kamu paham realitanya dan datang dengan ekspektasi yang tepat, kamu masih bisa menemukan momen emas: dua headshot cepat di Burning Hall, satu quick shot manis di Luxville, dan rotasi flank cerdas di Crackdown. Sesekali, itu cukup untuk mengingat kenapa kita dulu betah berjam-jam di warnet.

Point Blank 2025
Review Overview
Gameplay solid, ekosistem P2W berat. 6.4
Gameplay 5
Audio 6
Musik 6
Visual 5
Performa 10
Melalui:
Bagikan Artikel Ini
Tidak ada komentar