Review Battlefield 3

Review Battlefield 3 di 2025 – Masih Seru atau Sudah Usang?

Perang modern yang masih garang, tapi kini lebih cocok untuk nostalgia daripada kompetisi serius.

52 Tampilan
7 Min Baca
Review Battlefield 3
6.4 Multiplayer masih seru, tapi server sepi
Review Overview

Battlefield 3 (BF3) adalah salah satu game FPS yang memiliki tempat istimewa di hati para gamer era 2010-an. Dirilis pada 2011, game ini dikenal lewat pengalaman perang modern yang intens, visual yang memukau, serta gameplay yang terasa serius dan mendalam.

Kini, di tahun 2025, aku memutuskan untuk kembali terjun ke medan perang lewat versi Premium Edition di PC. Dalam tulisan ini, aku akan membahas bagaimana rasanya memainkan BF3 di era sekarang dan sejauh mana game ini masih relevan dibandingkan judul-judul modern.

Review Battlefield 3 Versi Narasi

Tonton ulasan dalam format video di bawah ini, atau klik di sini jika kamu lebih suka menonton daripada membaca.

Multiplayer BF3 Masih Hidup!? – Battlefield 3 Review 2025

Gameplay Multiplayer Battlefield 3

BF3 MULTIPLAYER 2025 !?

Gameplay Campaign Battelfield 3

Battlefield 3 FULL STORY - RTX 5070 Ti - 4K High Bitrate

Kesan Reuni BF3 di Tahun 2025

Terakhir kali aku memainkan BF3 adalah pada tahun 2017, jadi kali ini rasanya benar-benar nostalgis. Aku memainkan mode campaign dan multiplayer, sedangkan mode co-op tidak kucoba karena sudah sepi pemain.

Tempo gameplay sangat dipengaruhi oleh peta yang dimainkan. Ada peta yang sangat kacau dan cepat, ada juga yang lebih lambat dan menuntut permainan yang lebih strategis.Class favoritku tetap Engineer dan Medic. Untuk urusan senjata, aku tidak punya satu senjata favorit khusus karena aku cukup fleksibel dan bisa beradaptasi dengan hampir semua jenis senjata sesuai kebutuhan.Jika peta didominasi pertempuran jarak dekat, aku akan mengutamakan senjata dengan fire rate tinggi. Sebaliknya, untuk peta yang lebih terbuka, aku lebih memilih senjata dengan damage besar dan akurasi tinggi.

Visual dan Performa: Masih Tangguh

Meskipun sudah tergolong berumur, visual Battlefield 3 masih sanggup menghadirkan pengalaman bermain yang tidak kalah dari gim-gim modern. Efek ledakan, runtuhan bangunan, serta pencahayaan dinamis tetap tampak mengesankan. Efek silau dari sumber cahaya terkadang memang terasa mengganggu, namun justru memperkuat kesan realistis yang ditawarkan.

Selama aku bermain, aku tidak menemukan bug yang berarti. Performa di PC-ku juga sangat stabil, tanpa penurunan frame rate maupun stuttering.

Namun, pengaturan resolusi game terasa cukup janggal. Secara default, monitor yang aku gunakan hanya mendukung resolusi maksimal 1080p. Ketika aku menaikkan resolusi ke 1440p atau lebih tinggi, ukuran antarmuka sistem ikut mengecil. Akibatnya, saat aku bermain dengan DSR pada resolusi 4K, tampilan menu menjadi sangat kecil dan sulit dibaca. Kondisi ini jelas menyulitkan, terutama bagi pemain yang menggunakan monitor berukuran kecil.

Audio: Tetap Menggelegar

Suara tembakan dan ledakan terasa begitu kuat dan memuaskan, dengan efek audio kendaraan yang juga terdengar sangat realistis. Satu kekurangannya mungkin terletak pada suara langkah kaki yang kurang menonjol, sehingga sedikit mengurangi tingkat kesadaran situasional di medan pertempuran.

Musik dalam game ini sebenarnya tergolong standar, namun soundtrack di mode multiplayer ketika pertandingan mendekati akhir cukup efektif dalam membangun ketegangan. Meski hanya menggunakan output stereo, audio terasa seolah memiliki efek 3D—kemungkinan berkat penempatan suara yang dirancang dengan baik di dalam game. Hal ini berhasil menambah kesan imersif dan memperkuat pengalaman bermain.

Voice lines atau dialog karakter di mode multiplayer menjadi nilai tambah yang menyenangkan. Fitur yang jarang ditemui di game sejenis ini berhasil menghadirkan kesan lebih hidup dalam setiap pertempuran. Meskipun tampak sederhana, kehadiran voice lines tersebut mampu memperkuat nuansa intens dan tegang saat bertarung.

Progres dan Konten

Dengan Premium Edition, aku otomatis mendapatkan akses ke seluruh DLC dan semua senjata yang tersedia. Karena semua konten sudah terbuka sejak awal, aku tidak bisa lagi menilai bagaimana sistem progresnya saat ini.Namun, aku masih ingat saat pertama kali bermain: proses membuka senjata satu per satu terasa memuaskan, menyenangkan, dan memberikan tantangan yang pas.

Mode ko-op yang dulunya cukup menarik kini menjadi sulit diakses karena minimnya pemain aktif. Konten DLC sebenarnya masih memiliki nilai, terutama dalam hal variasi senjata. Namun sayangnya, tidak semua peta dari DLC tersebut sering digunakan, karena server-server yang masih aktif cenderung selektif dalam memilih konten yang dijalankan.

Server dan Komunitas: Sudah Sepi dan Hampir Mati

Bermain dari wilayah Asia Tenggara memiliki tantangan tersendiri. Sebab, sebagian besar server aktif berada di Australia, Eropa, dan Amerika. Akibatnya, ping bisa mencapai 200 hingga 500 ms, yang tentu sangat mengganggu, terutama untuk permainan yang bersifat kompetitif.

Sistem menu multipemain yang hanya dapat diakses melalui peramban terasa usang dan tidak lagi relevan. Selain itu, penggunaan sistem anti-cheat lawas PunkBuster sering menimbulkan deteksi yang keliru, sehingga aku kerap dikeluarkan dari pertandingan secara tidak adil.

BattleLog – BF3
BattleLog – BF3

Multiplayer vs Campaign

Mode multiplayer tetap menjadi daya tarik utama Battlefield 3. Perpaduan antara infanteri dengan kendaraan darat, udara, serta unsur pertempuran laut—meski terbatas pada kapal-kapal kecil—berhasil menghadirkan kekacauan yang terasa sangat menghibur. Sayangnya, seiring berkurangnya jumlah pemain di server, potensi penuh yang ditawarkan game ini kini sulit untuk benar-benar dinikmati.

Mode campaign tidak tampil menonjol. Ceritanya terasa datar, tidak memiliki arah yang jelas, dan lebih tampak seperti sekadar wadah untuk memamerkan grafis serta efek sinematik.Pengisian suaranya pun terdengar kurang berenergi, padahal latar cerita berada di medan perang yang seharusnya penuh ketegangan dan emosi.Secara keseluruhan, campaign Battlefield 3 tidak menawarkan kekuatan naratif yang berarti. Alurnya terkesan hanya berfokus pada pencapaian objektif demi objektif, sementara momen-momen dramatis terasa dipaksakan dan tidak menyentuh.

Kesimpulan

Battlefield 3 tetap layak dimainkan kembali di tahun 2025, terutama bagi para pemain lama yang ingin bernostalgia. Game ini masih mampu menghadirkan pengalaman multiplayer berskala besar dengan atmosfer peperangan yang khas dan intens. Namun sayangnya, pengalaman tersebut sudah tidak lagi optimal karena keterbatasan jumlah server aktif, khususnya bagi pemain yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Mode campaign tidak menawarkan banyak nilai tambah, sehingga game ini kurang tepat dijadikan pilihan utama jika fokus Anda adalah bermain mode cerita. Jika tetap tertarik untuk mencoba, sebaiknya tunggu hingga ada diskon besar, karena dengan usia game yang sudah cukup lama, harga normalnya terasa kurang sepadan.

Kesimpulannya, Battlefield 3 adalah game yang pantas dikenang dan sesekali dinikmati kembali. Namun, di era game modern saat ini, ia sudah kurang relevan untuk dimainkan dalam jangka panjang maupun dijadikan sebagai pilihan utama untuk permainan kompetitif.

Review Battlefield 3
Review Overview
Multiplayer masih seru, tapi server sepi 6.4
Gameplay Campaign 6
Gameplay Multiplayer 4
Cerita 4
Audio 8
Musik 6
Visual 9
Performa 8
Bagikan Artikel Ini
Tidak ada komentar